Jumat, 12 Mei 2023

FILSAFAT SUKU BETAWI TERHADAP NILAI PANCASILA


Di susun oleh 

Savira Novta Qutratuain (NIM 22010005)

Mahasiswi Program Manajemen - STIE MBI


Mata Kuliah : Pancasila

Dosen : Eko Yulianto, ST, MM




PANCASILA

  Pancasila yang dinyatakan oleh Bung Karno merupakan philosofische grondslag merupakan suatu filsafat, landasan, atau dasar bagi negara Indonesia. Pancasila dijadikan sebagai landasan kokoh tegaknya suatu negara dalam mencapai cita-cita bangsa. Ideologi suatu bangsa, selain kokoh dan kuat, juga harus sesuai dengan negara dimana ideologi itu dijalankan. Gagasan di dalamnya harus sesuai kondisi negara-negaranya.

    Untuk negara Indonesia yang pluralistik ini, Pancasila merupakan dasar kehidupan yang mampu mengakomodasikan keanekaragaman dalam kehidupan kebangsaan di Indonesia. Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, berkonsep dasar yang ada pada semua agama dan keyakinan yang ada di Indonesia. Sila kedua, yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab, mengandung konsep bahwa manusia itu mendapat kehormatan yang sama dalam harkat dan martabat, serta diperlakukan secara adil dan beradab.

     Sila ketiga, Persatuan Indonesia mengandung konsep kesatuan dan persatuan bangsa dari semua perbedaan yang ada di Indonesia baik dari segi suku, agama, dan ras yang berada di dalam negara ini. Sila keempat, yaitu kerakyaran yang dipimpin oleh hikmat kebijakasanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, yang dijalankan secara hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan. Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung konsep bahwa kesejahteraan dinikmati dan dirasakan secara merata tanpa memandang kondisi masyarakat, baik perorangan maupun golongan. Pancasila ini merupakan common denominator (kesamaan pijakan) dalam kondisi kehidupan bangsa Indonesia yang pluralistik ini.

    Pancasila dijadikan sebagai dasar negara yang dapat diartikan sebagai filosofi negara dimana digunakan untuk mengatur pemerintahan negara. Pancasila juga dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa dimana Pancasila menjadi petunjuk dalam menjalankan kehidupan. Sikap mental dan perilaku kita memiliki ciri khas yang berbeda karena adanya Pancasila. Pancasila sudah ada sejak zaman kerajaan namun baru dikenal pada 1 Juni 1945 sehingga Pancasila seperti jiwa yang melekat pada bangsa Indonesia ini.Pancasila sebagai sumber hukum dari segala hukum, semua hukum yang ada didasari oleh Pancasila. Pancasila juga merupakan perjanjian luhur yang tercantum didalam pembukaan UUD 1945. Pancasila merupakan ideologi yang menjadi visi atau arah dalam menjalankan proses penyelenggaraan negara.

FILSAFAT 

        Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang berarti "cinta akan hikmat". Secara tradisional, istilah filsafat mengacu pada badan/ induk dari segala pengetahuan. 

BETAWI

      Salah satu suku bangsa di Indonesia yang memiliki kekerabatan etnis dengan Jawa, Melayu dan Sunda. Umumnya, Orang Betawi mendiami wilayah Jakarta dan daerah sekitarnya. Kemunculan Betawi pertama kali pada abad ke-18 sebagai suatu komunitas dari beberapa etnis yang menetap di Batavia.

    Kaum Betawi dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi, walau terkadang agak berlebihan. Mereka juga dikenal memegang nilai-nilai agama, terutama masyarakat Betawi yang beragama Islam. Ajaran agama selalu diajarkan kepada anak-anak mereka. Selain itu, masyarakat Betawi juga menghargai pluralisme.

    Kaum Betawi merupakan kaum yang tidak pernah lelah dan berhenti berkontribusi mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang dihidupkan oleh semangat kebangsaan: Negara Adil Makmur dalam Ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berikut prinsip-prinsip dasar Kaum Betawi sebagai pelopor transformasi kebangsaan :

  1. Berani, optimistis, dan egaliter menghadapi tantangan kemajuan zaman dalam mewujudkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
  2. Terampil dan tangkas mewujudkan sikap Ilmu Amaliah, Amal Ilmiah, dan Akhlak Mulia;
  3. Aspiratif, Inspiratif, dan akseleratif mewujudkan harmoni ke-Indonesia-an dan ke-Islam-an sebagai napas kehidupan kebangsaan;
  4. Waskita, cerdas, dan bernas berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan pembangunan yang berkebudayaan dan beradab;
  5. Intensif mengembangkan aksi nyata menciptakan Generasi Muda berkualitas, memandu Indonesia mencapai kejayaannya di masa depan.

               KEARIFAN LOKAL BETAWI YANG BERKAITAN DENGAN NILAI PANCASILA



1. Tradisi pembuatan makanan khas

    Makanan menopang kehidupan. Dari sini tampak bagaimana kuliner tradisional melambangkan kehidupan sosial dan identitas budaya bagi berbagai daerah. Citarasa gurih dan sedap merupakan ciri khas makanan Betawi. Sebenarnya, Betawi memiliki banyak makanan khas yang lezat. Namun, seiring perkembangan pesat kota Metropolitan Jakarta yang sekaligus ibukota negara Indonesia ini, Makanan Khas Betawi sudah banyak yang langka bahkan nyaris punah.
2. Tradisi palang pintu

    Tradisi Palang Pintu pada Budaya Betawi kayak akan nilai-nilai religious yang bersumber dari ajaran Islam yang mengacu pada sila pertama.
3. Ondel-ondel


   Telah diwariskan turun-temurun, kebudayaan ini mengandung simbol dan makna yang mendalam. Topeng ondel-ondel lelaki warna merah memiliki arti laki-laki harus pemberani dan gagah perkasa, sementara topeng perempuan mengandung arti harus menjaga kesucian.

4. Tradisi mandi merang
      Mandi Merang atau Keramas Merang adalah salah satu bentuk tradisi masyarakat Betawi. Tradisi untuk menyucikan diri ini biasanya dilakukan menjelang bulan suci Ramadan. Alwi Shahab mengisahkan tradisi itu sudah ada sejak tahun 1950-an di sungai-sungai di Jakarta dan sekitarnya.

5. Sikap gotong-royong
        Masyarakat betawi sangat mempertahankan kearifan nilai gotong-royong dalam melakoni berbagai kegiatan masyarakat. Misalnya, jika ada warga yang melaksanakan resepsi pernikahan, segenap tetangga menyingsingkan lengan baju nya untuk membantu dengan berbagai cara seperti mencuci beras, memotong sayur-mayur, memasak dan sebagainya. Sedangkan pihak keluarga dan saudara-saudara nya akan menyumbang bahan baku masak tersebut. Kemudian semua bantuan itu dicatat oleh penerima yang pada gilirannya akan dikembalikan kepada penyumbang manakala menyelenggarakan hajat. 

UNGKAPAN TRADISIONAL BETAWI
YANG BERKAITAN DENGAN PANCASILA



1. Sila pertama

Ade anak ade rejeki.
Ada anak ada rezeki. 
"Kalau ada anak, tentu ada pula rezekinya". 

Ungkapan yang sangat bertentangan dengan program Nasional Keluarga Berencana ini masih dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi. Arti yang terkandung dalam ungkapan ini ialah menggambarkan bahwa setiap anak yang dikurniai Tuhan kepada hamba-Nya pasti akan disertai rezeki dari Tuhan. 
        Maksud pemakaian ungkapan ini dalam kehidupan masyarakat Betawi ialah untuk menasehatkan, mengingatkan dan menyindir seseorang yang merasa takut atau kuatir tak sanggup memberi makan bila mempunyai anak banyak. Dalam kehid upan uma t man usia, anak yang dilahirkan merupakan berkah dan kurnia dari Tuhan. Dia dilahirkan akibat hubungan. cinta kasih an tara ke dua orang tuanya. Dia merupakan titisan darah dan daging orang tuanya dan merupakan generasi penerus dari orang tuanya itu.
        Kalau pasangan suami isteri kebetulan tidak dikurniai anak, maka kedua pasangan tersebut tidak ada lagi penerusnya apabila mereka sudah meninggal. Kalau kita lihat secara eksak atau matematika, memang ban yak anak tidak mungkin banyak rezeki. MisaJnya saja seorang pegawai karena anak yang dilahirkannya itu merupakan anak ke empat, maka anak tersebut tidak mendapat tunjangan lagi dari pemerintah. Pada hal gaji atau pendapatan orang tuanya tetap. Kalau duJu gaji bapaknya Rp. I 00.000,- untuk kebutuhan lima jiwa yang berarti tiap jiwa Rp. 20.000,- sebulan. 
    Sekarang setelah anak empat orang, maka jatahnya menjadi berkurang. Tapi kalau kita lihat kenyataannya, tidaklah berkurang kesejahteraan dan kebutuhan hidup mereka. Bagaimana kehidupannya sewaktu punya anak tiga, begitu juga pada waktu pula keadaan sosialnya pada waktu punya anak empat. Dulu makan tiga kali sehari, sekarang juga demikian. Dulu ayahnya naik his ke kantor sekarang juga demikian. Jadi tidak merosot kehidupan mereka setelah bertambah anak, walaupun gajinya tidak tam bah. Masalah anak ini erat sekali kaitannya dengan agama Islam yang dianut dan diyakini masyarakat Betawi. 
        Dalam agama Islam memang dilarang untuk menggugurkan kandungan guna membatasi keluarga. Perbuatan seperti itu sama saja dengan melakukan pembunuhan. Cara-cara lain yang cocok dan sesuai dengan norma-norma Islam dalam mengatasi keluarga tentulah tidak dilarang. Semuanya itu dengan maksud untuk kesejahteraan umatNya. Mengingat arti dan maksud pemakaian ungkapan ini berkaitan dengan sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Sila kedua

Atinye gede banget.
Hatinya besar benar. 
"Hatinya besar benar". 

Ungkapan mengenai sifat berani dan jantan ini masih dapat kita jumpai dalam kehidupan masyarakat Betawi Jakarta pada saat sekarang ini. Arti yang terkandung di dalamnya ialah menggambarkan sikap tabah, berani dan jan tan dari seseorang. Maksud masyarakat. Betawi dalam mempergunakan ungkapan ini ialah untuk menasehatkan, menyindir dan mengingatkan pihak lain, akan sifat tabah dan berani yang dirniliki seseorang. Dalam kehidupan masyarakat, karena mernang sudah takdir barangkali ada orang yang bersifat tabah berani dan ada pula yang bersifat tidak tabah pengecut. Sifat ini biasanya dibawa sejak lahir dan sukar diubah. Sifat berani dan tabah itu memang sudah seharusnya dirniliki setiap umat manusia. 
    Hidup kita di dunia ini hanyalah sementara menurut ajaran agama Islam. Manusia dicoba dengan segala macam cobaan mulai dari yang senang sampai ke yang susah. Apakah kita sebagai umat Tuhan akan tabah menghadapinya. Begitu juga tentang keberanian. Masyarakat Betawi sangat memperhatikannya. Kalau seorang yang pengecut akan dikatakan nyalinya kecil. Kalau tabah dan berani akan dikatakan nyalinya besar. Dalam ajaran agama Islam yang dianut dan diyakini masyarakat Betawi ada dikatakan "Janganlah kamu takut kepada apapun kecuali kepada Tuhan". 
    Tentu saja bukan sembarang tabah dan berani, tapi yang membela kebenaran dan keadilan. Mengingat arti dan maksud ungkapan ini mengenai keberanian akan keadilan dan kebenaran, maka dapat dikatakan bahwa ungkapan ini berkaitan dengan sila ke dua Pancasila yaitu Kemanusiaan Yang adil dan Beradab. 

3. Sila ketiga

Berat same dipikul, ringan same dijinjing.
Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
"Kalau berat sama dipikul, kalau ringan sama dijinjing".

Ungkapan mengenai rasa kerja sama ini masih dapat dijuinpai dalam kehidupan masyarakat Betawi. Arti yang terkandung di dalamnya ialah menggambarkan sifat kerja sama dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat Betawi. Adapun maksud pemakaian ungkapan ini bagi masyarakat Betawi ialah untuk menasehatkan dan mengingatkan seseorang atau kelompok masyarakat bahwa dalam menghadapi pekerjaan-pekerjaan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, perlu adanya kerja sama dan tolong menolong antara sesama anggota masyarakat. 
       Sebagaimana diketahui, dalam hidup ini umat manusia banyak sekali menghadapi ujian dan cobaan dalam hidup guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam masalah pekerjaan misalnya ada orang yang pekerjaannya ringan dan tidak memeras tenaga dan ada pula orang yang bekerja keras memeras keringat pada hal gajinya tidakl'!h seberapa. Dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup sehari-hari ada kalanya seseorang itu menemui suatu pekerjaan atau masalah yang berat dan sulit dan ada kalanya persoalan yang ringan dan gampang. 
    Kalau persoalan yang dihadapi itu ringan dan gampang, maka hal tersebut tidaklah merupakan halangan ataupun rintangan. Lain halnya kalau persoalan yang dijumpai itu berat dan sulit sedangkan yang bersangkutan orangnya tak berdaya. Kalau persoalan itu dihadapinya secara sendiri, pasti dia tidak akan sanggup mengatasinya. Untuk ini dia membutuhkan bantuan dan kerja sama dari orang lain. Misalnya pada suatu hari terjadi angin kencang dan pohon besar rubuh menutupi jalan. Untuk menyingkirkan pohon besar yang tumbang itu, maka diperlukan banyak tenaga pengangkatnya. Hal ini disebabkan pohon itu besar dan berat.
    Untuk menyingkirkan pohon itu harus dikerjakan bersarna-sama supaya dapat diselesaikanl cepat. Untuk ini perlu anggota masyarakat yang bermukim di dekat pohon itu serta pihak lain yang kebetulan lewat dan mempergunakan jalan tersebut, untuk bersama-sama mengangkat dan menyingkirkan pohon kayu yang menghalangi jalan tadi. Dengan. adanya kerja sama yang melibatkan orang banyak, maka semua pekerjaan dan rintangan yang dijumpai dalam kehidupan masyarakat pasti akan dapat diatasi.
   Dengan demikian berkat adanya kerjasama dan kegotong-royongan yang dimiliki anggota masyarakat, maka semua pekerjaan akan dapat diatasi walaupun pekerjaan itu berat. Mengingat arti dan pemakaian ungkapan ini mengenai rasa kerjasama dalam kehidupan masyarakat, maka dapatlah dikatakan bahwa ungkapan ini berkaitan dengan sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia.

4. Sila keempat

Diikatin putus, dihalangin meloncat.
Diikat putus dihalangi meloncat. 
"Bila diikat putus dan bila dihalangi meloncat". 

Ungkapan ini masih dapat dijumpai dalam kehidupan lain. Maksud pemakaian ialah untuk manasehatkan seseorang yang,keras dan tak mau menerima pendapat orang lain agar mengubah sikap demikian itu. Pemakaian ungkapan ini biasanya ditujukan kepada para remaja dan orang-orang tertentu yang tak mau dinasehatkan dan menerima pendapat orang lain. Orang tua, guru di sekolah serta di lingkungan masyarakat sebenarnya telah memberi bimbingan dan pendidikan kepada para remaja.             Semua ini dilakukan dengan maksud -supaya para remaja itu dapat menjadi orang baik-baik dan berguna bagi masyarakat dan negara. Walaupun telah diusahakan demikian, namun banyak juga para remaja atau orang tertentu yang tidak mau menurut ajaran dan naseha( dari orang h.ia dan gurunya. Mereka berbuat menurut kehendak mereka, seolah-olah mempunyai ukuran nilai tersendiri. Apa yang baik secara umum bagi orang lain, tapi tidak bagi mereka. 
    Mereka hanya berbuat sekehendak hati mereka yang ada kalanya merugikan orang lain maupun mereka sendiri. Sebagai kaum remaja dan anggota masyarakat, sehingga seseorang mau bekerja sama, dinasehatkan orang tua, guru maupun masyarakat serta mau menerima pendapat atau saran-saran baik dari orang lain. Mengingat arti dan maksud pemakaian ungkapan ini berhubungan dengan sifat keras kepala dan tak mau menerima saran atim pendapat orang lain. Dengan demikian berkaitan dengan sila keempat Pancasila yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5. Sila kelima

Abis manis sepa dibuang.
Habis manis sepah dibuang.
"Habis manis sepah dibuang". 

Ungkapan ini masih dapat kita jumpai dalam kehidupan masyarakat Betawi. Arti yang terkandung di dalamnya ialah menggambarkan kalau sesuatu misalnya orang, pada waktu orang tersebut lagi sehat dan mendatangkan uang, dia sayang. Kalau sudah tidak berdaya dan tidak berguna lagi misalnya tidak bekerja dan tak bisa mendatangkan keuntungan, orang tersebut diusir atau dibuang. Maksud pemakaian ungkapan ini ialah untuk menasehatkan dan menyindir seseorang yang hanya mau memakai atau menerima seseorang sewaktu orang tersebut berguna dan menguntungkan. Seperti kita ketahui, sepah adalah bagian dari batang tebu yang telah diambil airnya. 
    Kalau seseorang makan tebu, ampas atau sepah tebu yang tak ada airnya itu akan dibuangnya. Padahal sewaktu-waktu sepah tersebut ada airnya yang manis, sepah itu belum dibuang. Begitu juga sifat seseorang. Misalnya seorang menantu disayang dan dimanja oleh mertua dan isterinya, karena menantu tersebut lagi banyak duit atau kekayaannya. Setelah menantu tersebut jatuh sakit ataupun bangkrut, maka pihak mertua dan kadang-kadang juga isterinya mulai tidak senang pada menantunya. Padahal harta ataupun pendapatan menantu sewaktu sehat dan jaya banyak dimakan oleh inertua. Tidaklah Jayak untuk mengusir begitu saja menantunya, walaupun sekarang sakit dan bangkrut. Dengan demikian sikap mertua dan isterinya itu sungguh tidak adil yang memperlakukan seseorang semena-mena. 
    Sebagai seorang anggota keluarga dan masyarakat yang dahulunya pernah dibantu dan menompangkan hidupnya pada menantunya itu sudah sepantasnyalah bila jasa-jasa dan bantuan menantu itu sebelumnya tidak dilupakan begitu saja. Kalau dulu dia sehat dan jaya kita minta bantuan kepadanya, maka sekarang setelah dia sakit dan jatuh bangkrut sudah sewajibnya _j kalau kita turut membantunya. Kalau seandainya tidak mampu membantunya, janganlah hendaknya dia yang dulu disenangi dan dihormati, lantas sekarang mau disingkirkan begitu saja. Kita harus membantu orang yang pernah membantu kita. Jadi tidak melupakan dan membuangkan begitu saja. Sungguh tidak adil dan bijaksana kalau melupakan begitu saja jasanya di masa lalu. Mengingat arti dan maksud pemakaian ungkapan ini mengenai ketidak;adilan, maka dapat dikatakan bahwa ungkapan ini berkaitan dengan sila ke lima Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kesimpulan

Pada tugas kuliah ini dapat disimpulkan bahwa walaupun ada berbagai macam suku, budaya, dan bahasa, semua bisa bersatu dengan adanya filsafat terhadap pancasila.

Sumber : 
  • https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fsultantv.co%2Fmengulik-ondel-ondel-sejarah-hingga-persentuhannya-dengan-budaya-islam%2F&psig=AOvVaw2wYi1fES1yjZdpajDKOR1M&ust=1683990182452000&source=images&cd=vfe&ved=0CBMQjhxqFwoTCKC_3biG8P4CFQAAAAAdAAAAABAE
  • https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5491535/ondel-ondel-asal-usul-dan-makna-kebudayaan-khas-betawi#:~:text=dan%20lain%2Dlain.-,Makna%20Ondel%2DOndel,mengandung%20arti%20harus%20menjaga%20kesucian.
  • https://prezi.com/uqidnp1v-zpo/kearifan-lokal-warga-betawi/
  • https://repositori.kemdikbud.go.id/8280/1/UNGKAPAN%20TRADISIONAL%20DI%20JAKARTA.pdF
  • https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13144/Pancasila-Sebagai-Philosopische-Grondslag-Dan-Kedudukan-Pancasila-Dikaitkan-Dengan-Theorie-Von-Stafenufbau-Der-Rechtsordnung.html